Hari ini kita akan membahas tentang Wacana Ilmiah ,Semi Ilmiah dan Non Ilmiah beserta contohnya.
Wacana
Ilmiah
Wacana Ilmiah
adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau
pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi
kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Macam-macam karya tulis ilmiah:
Sesuai dengan cirinya yang tertulis tadi, maka karya tulis ilmiah dapat
berwujud dalam bentuk makalah (dalam seminar atau simposium), artikel, laporan
praktikum, skripsi, tesis, dan disertasi, yang pada dasarnya kesemuanya itu
merupakan produk dari kegiatan ilmuwan.
Contoh Wacana
ilmiah :
Mengenal kanker
Paru-paru
Kanker paru-parumerupakan salah satu jenis kanker yang
berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. Sesuai dengan namanya, kanker ini
menyerang organ pernapasan, yaitu paru-paru. Seorang perokok dan orang-orang
yang sering menghirup polusi seperti pekerja pabrik tekstil memiliki risiko
besar terkena kanker paru-paru. Risiko kanker paru-paru meningkat seiring
dengan waktu dan jumlah rokok yang telah dihabiskan.
Kanker paru-paru
biasanya berasal dari sel-sel di dalam paru-paru itu sendiri. Namun pada
sedikit kasus, ada juga kanker yang berasal dari organ lain yang menyebar dan
menyerang ke paru-paru. Mengenali gejala kanker ini sejak dini sangatlah
penting agar dapat ditangani dengan cepat.
Kanker paru-paru biasanya tidak menimbulkan tanda dan gejala pada tahap awal. Tanda dan gejala kanker paru-paru terjadi hanya ketika kondisinya telah memburuk.
Tanda dan gejala kanker paru-paru antara lain:
- Batuk
yang terus menerus
- Perubahan
pada batuk kronis
- Sakit
dada yang nyeri dan dalam ketika batuk atau tertawa
- Nafas
pendek dan bengek seperti orang asma
- Dahak
berdarah, berubah warna dan makin banyak
- Sering
mengalami infeksi yang berulang, seperti radang paru danbronkitis
- Suara
serak/parau.
- Ujung
jari membesar dan terasa sakit
- Berat
badan menurun dan kehilangan nafsu makan
- Pertumbuhan
dada yang tidak normal pada laki-laki
- Emosi
yang tidak stabil, mood berubah-ubah, lesu, depresi
- Nyeri
pada tulang
- Sakit kepala
Untuk mengurangi resiko terkena kanker paru-paru sebisa mungkin untuk menghindari hal yang telah disebutkan di atas.
Penyebab
& Faktor Risiko
Penyebab Kanker Paru-Paru
Asap rokok adalah penyebab utama pada mayoritas kasus kanker paru-paru. Tetapi tanpa terkena asap rokok pun seseorang dapat terkena kanker paru-paru. Pada kasus seperti ini tidak jelas apa yang menyebabkan kanker paru-paru.
Dokter meyakini bahwa asap menyebabkan kerusakan pada sel di dalam paru-paru. Seiring dengan berjalannya waktu kerusakan ini juga memicu sel bekerja tidak seperti seharusnya kemudian mengalami mutasi sehingga timbul kanker.
Dokter membagi kanker paru-paru ke dalam dua jenis utama berdasarkan penampakan sel kanker paru-paru dari mikroskop. Dua jenis kanker paru-paru ini antara lain:
Small cell lung cancer
Merupakan kanker yang terjadi secara khusus hampir pada semua perokok berat.
Non-small cell lung cancer
Merupakan istilah umum untuk beberapa jenis kanker, antara lain squamous cell carcinoma, adenocarcinoma dan large cell carcinoma.
Faktor risiko
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko kanker paru-paru antara lain:
- Perokok
aktif
- Perokok
pasif
- Terkena
gas radon dengan kadar tinggi (Radon adalah gas yang digunakan untuk
terapi di beberapa rumahsakit dengan memompanya dari sumber radium dan
memberinya segel pada” tabung menit”, yang disebut “bibit” atau “jarum”,
untuk diberikan kepada pasien. Radon biasa ditemukan pada sumber air
panas)
- Terkena
partikel asbes dan kimia lain
- Sejarah
keluarga dengan kanker paru-paru
- Mengkonsumsi
alkohol secara berlebihan
- Penyakit
paru-paru tertentu (contohnya chronic obstructive pulmonary disease)
Cara
Pencegahan
Tidak ada cara pasti untuk dapat mencegah kanker paru-paru, tapi anda dapat mengurangi risiko jika anda:
- Tidak
merokok
- Berhenti
merokok
- Hindari
asap rokok
- Gunakan
pelindung saat bekerja
- Makan
makanan bergizi, terutama buah dan sayuran
- Hindari
alkohol
- Berolahraga
Hindari rokok jenis apapun
Dr Edelman menuturkan tidak ada batas yang aman ketika seseorang merokok, dan semakin sering ia merokok maka risiko paru-parunya menjadi rusak akan semakin besar. Hal ini tidak hanya sebatas rokok saja, tapi juga mencakup cerutu atau ganja yang bisa membahayakan paru-paru.
Menjaga kebersihan udara
Udara yang bersih akan mengurangi risiko paru-paru terpapar benda asing dari luar yang bisa merusaknya. Untuk itu hindari penggunaan kendaraan bermotor dan menghentikan kebiasaan membakar kayu atau sampah. Serta mewaspadai ancaman polusi udara dari lingkungan.
Rajin bolahraga
Semakin baik kebugaran kardiorespirasi seseorang maka akan semakin mudah bagi paru-paru untuk menjaga jantung dan otot yang mensuplai oksigen. Selain itu olahraga teratur sangat penting dan membantu bagi orang dengan penyakit paru-paru kronis.
Meningkatkan udara di dalam ruangan
Udara di dalam ruangan juga bisa mempengaruhi kesehatan paru-paru, seperti karpet yang tidak bersih, penyegar ruangan dengan bahan kimia berbahaya, penggunaan lilin berlebihan atau adanya pengerjaan bangunan. Untuk itu berikan ventilasi yang baik untuk ruangan dan mengurangi sumber-sumber yang berpengaruh terhadap paru-paru.
Konsumsi makanan yang tepat
Ada bukti bahwa makanan yang kaya akan antioksidan merupakan sumber yang baik untuk paru-paru. Dr Edelman menuturkan semua sayuran bagus, tapi sayuran berdaun hijau memiliki banyak antioksidan dan memiliki efek perlindungan. Sumber ini sebaiknya berasal dari makanan dan bukan suplemen.
Menggunakan alat pelindung diri saat bekerja
Banyak pekerjaan yang menempatkan pekerjanya pada risiko masalah di paru-paru, seperti pekerja konstruksi hingga penata rambut. Untuk itu kenakan alat pelindung diri misalnya dengan masker yang disesuaikan dengan jenis pekerjaannya sehingga bisa menghalangi masuknya partikel ke tubuh.
Menggunakan produk yang aman
Beberapa produk rumah tangga kadang mengeluarkan partikel atau gas yang berbahaya bagi paru-paru. Usahakan untuk menghindari produk yang berbahan dasar minyak, produk yang melepaskan senyawa organik mudah menguap (volatile organic compound/VOCs), hindari penggunaan amonia dan membaca label dengan teliti.
Semoga artikel mengenai kanker paru-paru ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan anda. Jaga selalu kesehatan anda dan keluarga serta orang-orang tercinta.
Wacana
Semi Ilmiah
Pengertian wacana semi ilmiah merupakan karangan
yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan. Penulisannyapun tidak
semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah. Penulisan yang baik
dan benar, ditulis dengan bahasa konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya
tekhnis dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan benar atau
tidaknya atau sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi Jenis karangan
semi ilmiah memang masih banyak digunakan misal dalam opini, editorial,
resensi, anekdot, hikayat, dan karakteristiknya berada diantara ilmiah.
Contoh
Wacana Semi Ilmiah:
JAKARTA, KOMPAS.com - Google telah mengumumkan proyek smartphone
murahnya, Android One di ajang Google I/O pada Juni 2014. smartphone Android
murah Google tersebut juga sudah mulai dijual di India pada September 2014
lalu.
Kini, Google dikabarkan bersiap meluncurkan Android One untuk pasar di Indonesia.
Kabar kepastian Android One yang akan dipasarkan di Indonesia didapat KompasTeknodari sumber yang tidak mau disebutkan namanya.
"Benar (Android One akan meluncur di Indonesia), tapi namanya bukan Android One, pakaibrand lokal," demikian ujarnya saat dihubungi oleh KompasTekno, Senin (17/11/2014).
Namun, sumber itu tidak bersedia memberikan detil lebih lanjut, siapa brand lokal yang akan memasarkan Android One di Indonesia.
Lazada disebut akan menjadi salah satu pihak yang akan memasarkan Android One di Indonesia. Model pemasarannya akan berbeda dari Xiaomi yang menggunakan sistem pre order. "(Andorid One) Akan dijual dengan sistem open sale," kata sumber tersebut.
Jika tidak ada kendala, rencananya Android One akan diluncurkan di Indonesia pada pertengahan Desember 2014.
Soal harga, belum ada kepastian berapa banderol Android One di Indonesia nantinya. Namun ia mengatakan bahwa harga Android One akan jauh di bawah harga produk-produk Xiaomi.
Sebagai perbandingan, Android One yang diluncurkan di India dibanderol dengan harga sekitar 105 Dollar AS (Sekitar Rp 1,2 juta).
Android One memiliki spesifikasi layar 4,5 inci, prosesor quad core buatan Mediatek, RAM 1 GB, slot Dual SIM, kamera belakang 5 megapixel, depan 2 megapixel, slot micro-SD hingga kapasitas 32 GB, dan baterai yang bisa dilepas.
Kini, Google dikabarkan bersiap meluncurkan Android One untuk pasar di Indonesia.
Kabar kepastian Android One yang akan dipasarkan di Indonesia didapat KompasTeknodari sumber yang tidak mau disebutkan namanya.
"Benar (Android One akan meluncur di Indonesia), tapi namanya bukan Android One, pakaibrand lokal," demikian ujarnya saat dihubungi oleh KompasTekno, Senin (17/11/2014).
Namun, sumber itu tidak bersedia memberikan detil lebih lanjut, siapa brand lokal yang akan memasarkan Android One di Indonesia.
Lazada disebut akan menjadi salah satu pihak yang akan memasarkan Android One di Indonesia. Model pemasarannya akan berbeda dari Xiaomi yang menggunakan sistem pre order. "(Andorid One) Akan dijual dengan sistem open sale," kata sumber tersebut.
Jika tidak ada kendala, rencananya Android One akan diluncurkan di Indonesia pada pertengahan Desember 2014.
Soal harga, belum ada kepastian berapa banderol Android One di Indonesia nantinya. Namun ia mengatakan bahwa harga Android One akan jauh di bawah harga produk-produk Xiaomi.
Sebagai perbandingan, Android One yang diluncurkan di India dibanderol dengan harga sekitar 105 Dollar AS (Sekitar Rp 1,2 juta).
Android One memiliki spesifikasi layar 4,5 inci, prosesor quad core buatan Mediatek, RAM 1 GB, slot Dual SIM, kamera belakang 5 megapixel, depan 2 megapixel, slot micro-SD hingga kapasitas 32 GB, dan baterai yang bisa dilepas.
Wacana
Non Ilmiah
Karangan Non Ilmiah merupakan istilah yang
sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan
istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi
dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat
penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi
atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.
Wacana non ilmiah sangat bervariasi topic dan cara
penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum, ditulis berdasarkan
fakta pribadi, umumnya bersifat subyektif, gaya bahasanya bias konkret atau
abstrak, gaya bahasanya formal dan popular.
Karya non ilmiah bersifat:
1. Emotif : kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi.
2. Persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative.
3. Deskriptif : pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif.
4. Kritik tanpa dukungan bukti.
Karya non ilmiah bersifat:
1. Emotif : kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi.
2. Persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative.
3. Deskriptif : pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif.
4. Kritik tanpa dukungan bukti.
Contoh
Wacana Non Ilmiah:
Contoh
dalam Cerpen
Seragam
Lelaki jangkung
berwajah terang yang membukakan pintu terlihat takjub begitu mengenali saya.
Pastinya dia sama sekali tidak menyangka akan kedatangan saya yang tiba-tiba.
Ketika kemudian dengan
keramahan yang tidak dibuat-buat dipersilakannya saya untuk masuk, tanpa
ragu-ragu saya memilih langsung menuju amben di seberang ruangan. Nikmat
rasanya duduk di atas balai-balai bambu beralas tikar pandan itu. Dia pun lalu
turut duduk, tapi pandangannya justru diarahkan ke luar jendela, pada
pohon-pohon cengkeh yang berderet seperti barisan murid kelas kami dahulu saat
mengikuti upacara bendera tiap Isnin. Saya paham, kejutan ini pastilah membuat
hatinya diliputi keharuan yang tidak bisa diungkapkannya dengan kata-kata. Dia
butuh untuk menetralisirnya sebentar.
Dia adalah sahabat
masa kecil terbaik saya. Hampir 25 tahun lalu kami berpisah karena keluarga
saya harus boyongan ke kota tempat kerja Ayah yang baru di luar pulau hingga
kembali beberapa tahun kemudian untuk menetap di kota kabupaten. Itu saya
ceritakan padanya, sekaligus mengucapkan maaf karena sama sekali belum pernah
menyambanginya sejak itu.
”Jadi, apa yang
membawamu kemari?”
”Kenangan.”
”Palsu! Kalau ini
hanya soal kenangan, tidak perlu menunggu 10 tahun setelah keluargamu kembali
dan menetap 30 kilometer saja dari sini.”
Saya tersenyum. Hanya
sebentar kecanggungan di antara kami sebelum kata-kata obrolan meluncur seperti
peluru-peluru yang berebutan keluar dari magasin.
Bertemu dengannya, mau
tidak mau mengingatkan kembali pada pengalaman kami dahulu. Pengalaman yang
menjadikan dia, walau tidak setiap waktu, selalu lekat di ingatan saya. Tentu
dia mengingatnya pula, bahkan saya yakin rasa yang diidapnya lebih besar
efeknya. Karena sebagai seorang sahabat, dia jelas jauh lebih tulus dan setia
daripada saya.
Malam itu saya berada
di sini, memperhatikannya belajar. Teplok yang menjadi penerang ruangan
diletakkan di atas meja, hampir mendekat sama sekali dengan wajahnya jika dia
menunduk untuk menulis. Di atas amben, ayahnya santai merokok. Sesekali menyalakan
pemantik jika bara rokok lintingannya soak bertemu potongan besar cengkeh atau
kemenyan yang tidak lembut diirisnya. Ibunya, seorang perempuan yang banyak
tertawa, berada di sudut sembari bekerja memilin sabut-sabut kelapa menjadi
tambang. Saat-saat seperti itu ditambah percakapan-percakapan apa saja yang
mungkin berlaku di antara kami hampir setiap malam saya nikmati. Itu yang
membuat perasaan saya semakin dekat dengan kesahajaan hidup keluarganya.
Selesai belajar, dia
menyuruh saya pulang karena hendak pergi mencari jangkrik. Saya langsung
menyatakan ingin ikut, tapi dia keberatan. Ayah dan ibunya pun melarang. Sering
memang saya mendengar anak-anak beramai- ramai berangkat ke sawah selepas isya
untuk mencari jangkrik. Jangkrik-jangkrik yang diperoleh nantinya dapat dijual
atau hanya sebagai koleksi, ditempatkan di sebuah kotak, lalu sesekali
digelitik dengan lidi atau sehelai ijuk agar berderik lantang. Dari apa yang
saya dengar itu, proses mencarinya sangat mengasyikkan. Sayang, Ayah tidak pernah
membolehkan saya. Tapi malam itu toh saya nekat dan sahabat saya itu akhirnya
tidak kuasa menolak.
”Tidak ganti baju?”
tanya saya heran begitu dia langsung memimpin untuk berangkat. Itu hari Jumat.
Seragam coklat Pramuka yang dikenakannya sejak pagi masih akan terpakai untuk
bersekolah sehari lagi. Saya tahu, dia memang tidak memiliki banyak pakaian
hingga seragam sekolah biasa dipakai kapan saja. Tapi memakainya untuk pergi ke
sawah mencari jangkrik, rasanya sangat-sangat tidak elok.
”Tanggung,” jawabnya.
Sambil menggerutu
tidak senang, saya mengambil alih obor dari tangannya. Kami lalu berjalan
sepanjang galengan besar di areal persawahan beberapa puluh meter setelah
melewati kebun dan kolam gurami di belakang rumahnya. Di kejauhan, terlihat
beberapa titik cahaya obor milik para pencari jangkrik selain kami. Rasa hati
jadi tenang. Musim kemarau, tanah persawahan yang pecah-pecah, gelap yang nyata
ditambah angin bersiuran di areal terbuka memang memberikan sensasi aneh. Saya
merasa tidak akan berani berada di sana sendirian.
Kami turun menyusuri
petak-petak sawah hingga jauh ke barat. Hanya dalam beberapa menit, dua ekor
jangkrik telah didapat dan dimasukkan ke dalam bumbung yang terikat tali rafia
di pinggang sahabat saya itu. Saya mengikuti dengan antusias, tapi sendal jepit
menyulitkan saya karena tanah kering membuatnya berkali-kali terlepas,
tersangkut, atau bahkan terjepit masuk di antara retakan-retakannya. Tunggak
batang-batang padi yang tersisa pun bisa menelusup dan menyakiti telapak kaki.
Tapi melihat dia tenang-tenang saja walaupun tak memakai alas kaki, saya tak
mengeluh karena gengsi.
Rasanya belum terlalu
lama kami berada di sana dan bumbung baru terisi beberapa ekor jangkrik ketika
tiba-tiba angin berubah perangai. Lidah api bergoyang menjilat wajah saya yang
tengah merunduk. Kaget, pantat obor itu justru saya angkat tinggi-tinggi
sehingga minyak mendorong sumbunya terlepas. Api dengan cepat berpindah
membakar punggung saya!
”Berguling!
Berguling!” terdengar teriakannya sembari melepaskan seragam coklatnya untuk
dipakai menyabet punggung saya. Saya menurut dalam kepanikan. Tidak saya
rasakan kerasnya tanah persawahan atau tunggak-tunggak batang padi yang
menusuk-nusuk tubuh dan wajah saat bergulingan. Pikiran saya hanya terfokus
pada api dan tak sempat untuk berpikir bahwa saat itu saya akan bisa mendapat
luka yang lebih banyak karena gerakan itu. Sulit dilukiskan rasa takut yang
saya rasakan. Malam yang saya pikir akan menyenangkan justru berubah menjadi
teror yang mencekam!
Ketika akhirnya api padam,
saya rasakan pedih yang luar biasa menjalar dari punggung hingga ke leher. Baju
yang saya kenakan habis sepertiganya, sementara sebagian kainnya yang gosong
menyatu dengan kulit. Sahabat saya itu tanggap melingkupi tubuh saya dengan
seragam coklatnya melihat saya mulai menangis dan menggigil antara kesakitan
dan kedinginan. Lalu dengan suara bergetar, dia mencoba membuat isyarat dengan
mulutnya. Sayang, tidak ada seorang pun yang mendekat dan dia sendiri kemudian
mengakui bahwa kami telah terlalu jauh berjalan. Sadar saya membutuhkan
pertolongan secepatnya, dia menggendong saya di atas punggungnya lalu berlari
sembari membujuk-bujuk saya untuk tetap tenang. Napasnya memburu kelelahan,
tapi rasa tanggung jawab yang besar seperti memberinya kekuatan berlipat.
Sayang, sesampai di rumah bukan lain yang didapatnya kecuali caci maki Ayah dan
Ibu. Pipinya sempat pula kena tampar Ayah yang murka.
Saya langsung
dilarikan ke puskesmas kecamatan. Seragam coklat Pramuka yang melingkupi tubuh
saya disingkirkan entah ke mana oleh mantri. Tidak pernah terlintas di pikiran
saya untuk meminta kepada Ayah agar menggantinya setelah itu. Dari yang saya
dengar selama hampir sebulan tidak masuk sekolah, beberapa kali dia terpaksa
membolos di hari Jumat dan Sabtu karena belum mampu membeli gantinya.
”Salahmu sendiri,
tidak minta ganti,” kata saya selesai kami mengingat kejadian itu.
”Mengajakmu saja sudah
sebuah kesalahan. Aku takut ayahmu bertambah marah nantinya. Ayahku tidak mau
mempermasalahkan tamparan ayahmu, apalagi seragam itu. Dia lebih memilih
membelikan yang baru walaupun harus menunggu beberapa minggu.”
Kami tertawa. Tertawa
dan tertawa seakan-akan seluruh rentetan kejadian yang akhirnya menjadi
pengingat abadi persahabatan kami itu bukanlah sebuah kejadian meloloskan diri
dari maut karena waktu telah menghapus semua kengeriannya.
Dia lalu mengajak saya
ke halaman belakang di mana kami pernah bersama-sama membuat kolam gurami.
Kolam itu sudah tiada, diuruk sejak lama berganti menjadi sebuah gudang
tempatnya kini berkreasi membuat kerajinan dari bambu. Hasil dari tangan
terampilnya itu ditambah pembagian keuntungan sawah garapan milik orang lainlah
yang menghidupi istri dan dua anaknya hingga kini.
Ayah dan ibunya sudah
meninggal, tapi sebuah masalah berat kini menjeratnya. Dia bercerita,
sertifikat rumah dan tanah peninggalan orangtua justru tergadaikan.
”Kakakku itu, masih
sama sifatnya seperti kau mengenalnya dulu. Hanya kini, semakin tua dia semakin
tidak tahu diri.”
”Ulahnya?” Dia
mengangguk.
”Kau tahu, rumah dan tanah
yang tidak seberapa luas ini adalah milik kami paling berharga. Tapi aku tidak
kuasa untuk menolak kemauannya mencari pinjaman modal usaha dengan mengagunkan
semuanya. Aku percaya padanya, peduli padanya. Tapi, dia tidak memiliki rasa
yang sama terhadapku. Dia mengkhianati kepercayaanku. Usahanya kandas dan kini
beban berat ada di pundakku.” Terbayang sosok kakaknya dahulu, seorang remaja
putus sekolah yang selalu menyusahkan orangtua dengan kenakalan-kenakalannya.
Kini setelah beranjak tua, masih pula dia menyusahkan adik satu-satunya.
”Kami akan bertahan,”
katanya tersenyum saat melepas saya setelah hari beranjak sore. Ada kesungguhan
dalam suaranya.
Sepanjang perjalanan
pulang, pikiran saya tidak pernah lepas dari sahabat saya yang baik itu. Saya
malu. Sebagai sahabat, saya merasa belum pernah berbuat baik padanya. Tidak
pula yakin akan mampu melakukan seperti yang dilakukannya untuk menolong saya
di malam itu. Dia telah membuktikan bahwa keberanian dan rasa tanggung jawab
yang besar bisa timbul dari sebuah persahabatan yang tulus.
Mata saya kemudian
melirik seragam dinas yang tersampir di sandaran jok belakang. Sebagai jaksa
yang baru saja menangani satu kasus perdata, seragam itu belum bisa membuat
saya bangga. Nilainya jelas jauh lebih kecil dibanding nilai persahabatan yang
saya dapatkan dari sebuah seragam coklat Pramuka. Tapi dia tidak tahu, dengan
seragam dinas itu, sayalah yang akan mengeksekusi pengosongan tanah dan
rumahnya.
Wassalamualaikum Wr Wb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar